Bermesraan Ala Rasulullah
Bermesraan Ala Rasulullah
Bermesraan, itulah yang membuat
hubungan suami-istri terasa indah dan nikmat. Caranya? Coba perhatikan
uraian berikut ini, bagaimana Bermesraan Ala Rasulullah?
Dalam berkomunikasi, ada dua
jenis lambang yang bisa dipergunakan, yaitu lambang verbal dan lambang
non verbal. Menurut penelitian Profesor Birdwhistell, maka nilai
efektifitas lambang verbal dibanding non verbal adalah 35:65. Jadi,
justru lambang non verbal yang lebih efektif dalam menyampaikan pesan.
Bermesraan, adalah upaya suami
istri untuk menunjukkan saling kasih sayang dalam bentuk verbal.
Sentuhan tangan dan gerak tubuh lainnya, adalah termasuk lambang non
verbal ketika suami berkomunikasi dengan istrinya. Komunikasi verbal
semata belumlah efektif jika belum disertai oleh komunikasi non verbal,
dalam bentruk kemesraan tersebut.
Rasulullah saw pun merasakan
pentingnya bermesraan dengan istri, sehingga beliau pun mempraktekkannya
untuk menghias hari-hari dalam keluarganya, yang tecermin seperti dalam
hadis-hadis berikut:
1. Tidur dalam satu selimut bersama istri
Dari Atha’ bin Yasar:
“Sesungguhnya Rasulullah saw dan ‘Aisyah ra biasa mandi bersama dalam
satu bejana. Ketika beliau sedang berada dalam satu selimut dengan
‘Aisyah, tiba-tiba ‘Aisyah bangkit. Beliau kemudian bertanya, ‘Mengapa
engkau bangkit?’ Jawabnya, ‘Karena saya haidh, wahai Rasulullah.’
Sabdanya, ‘Kalau begitu, pergilah, lalu berkainlah dan dekatlah kembali
kepadaku.’ Aku pun masuk, lalu berselimut bersama beliau.” (HR Sa’id bin
Manshur)
2. Memberi wangi-wangian pada auratnya
‘Aisyah berkata,
“Sesungguhnya Nabi saw apabila meminyaki badannya, beliau memulai dari
auratnya dan mengolesinya dengan nurah (sejenis bubuk pewangi), dan
istrinya meminyaki bagian lain seluruh tubuhnya. (HR Ibnu Majah)
3. Mandi bersama istri
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Aku
biasa mandi bersama dengan Nabi saw dengan satu bejana. Kami biasa
bersama-sama memasukkan tangan kami (ke dalam bejana).” (HR ‘Abdurrazaq
dan Ibnu Abu Syaibah)
4. Disisir istri
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah saw, saat itu saya sedang haidh”.(HR Ahmad)
5. Meminta istri meminyaki badannya
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Saya meminyaki badan Rasulullah saw pada hari raya ‘Idul Adh-ha setelah beliau melakukan jumrah ‘aqabah.” (HR Ibnu Asakir)
6. Minum bergantian pada tempat yang sama
Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, “Saya
biasa minum dari muk yang sama ketika haidh, lalu Nabi mengambil muk
tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya,
lalu beliau minum, kemudian saya mengambil muk, lalu saya menghirup
isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan
mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau pun
menghirupnya.” (HR ‘Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur)
7. Membelai istri
“Adalah Rasulullah saw
tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua
(istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai kami
dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang
beliau giliri waktunya, lalu beliau bermalam di tempatnya.” (HR Ahmad)
8. Mencium istri
Dari ‘Aisyah ra, bahwa Nabi
saw biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan
tidak mengulangi wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq)
Dari Hafshah, putri ‘Umar ra, “Sesungguhnya Rasulullah saw biasa mencium istrinya sekalipun sedang puasa.” (HR Ahmad)
9. Tiduran di Pangkuan Istri
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Nabi
saw biasa meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haidh,
kemudian beliau membaca al-Qur’an.” (HR ‘Abdurrazaq)
10. Memanggil dengan kata-kata mesra
Rasulullah saw biasa memanggil Aisyah dengan beberapa nama panggilan yang disukainya, seperti ‘Aisy, dan Humaira (pipi merah delima).
11. Mendinginkan kemarahan istri dengan mesra
Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai
‘Uwaisy, bacalah do’a: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah
dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari
fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)
12. Membersihkan tetesan darah haidh istri
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Aku
pernah tidur bersama Rasulullah saw di atas satu tikar ketika aku
sedang haidh. Bila darahku menetes ke tikar itu, beliau mencucinya di
bagian yang terkena tetesan darah dan beliau tidak berpindah dari tempat
itu, kemudian beliau shalat di tempat itu pula, lalu beliau berbaring
kembali di sisiku. Bila darahku menetes lagi ke tikar itu, beliau
mencuci di bagian yang terkena darah itu saja dan tidak berpindah dari
tempat itu, kemudia beliau pun shalat di atas tikar itu.” (HR Nasa’i)
13. Bermesraan walau istri haidh
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Saya
biasa mandi bersama Rasulullah saw dengan satu bejana, padahal kami
sama-sama dalam keadaan junub. Aku biasa menyisir rambut Rasulullah
ketika beliau menjalani i’tikaf di masjid dan saya sedang haidh. Beliau
biasa menyuruh saya menggunakan kain ketika saya sedang haidh, lalu
beliau bermesraan dengan saya.” (HR ‘Abdurrazaq dan Ibnu Abi Syaibah)
14. Memberikan hadiah
Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata,
“Ketika Nabi saw menikah
dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, Sesungguhnya aku pernah
hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan
beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja
Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan
dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan
memberikannya kepadamu.”
Ia (Ummu Kultsum) berkata, “Ternyata
keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah saw, dan hadiah
tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada
masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak
kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah.” (HR
Ahmad)
15. Segera menemui istri jika tergoda.
Dari Jabir, sesungguhnya Nabi
saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu
beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita,
kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila seseorang di
antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi
istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada
pada wanita itu.” (HR Tirmidzi)
Begitu indahnya kemesraan
Rasulullah saw kepada para istrinya, memberikan gambaran betapa Islam
sangat mementingkan komunikasi non verbal ini, karena bahasa tubuh ini
akan lebih efektif menyatakan cinta dan kasih sayang antara suami istri.
Nah, silakan mencoba.!!!
catatan : Cathy, Didik L Kuntadi
DEMIKIANLAH YANG BISA SAYA CATAT PADA KESEMPATAN INI SEMOGA ADA MANFAATNYA.